Jumat, 30/08/2013 13:22 WIB
Wamentan Rusman Heriawan
Jakarta - Kebutuhan kedelai secara nasional
sebanyak 70% dipasok dari impor khususnya dari AS. Perlu ada inovasi
dalam sektor pertanian kedelai, karena Indonesia bukan negara sub
tropis.
Setiap tahun Indonesia butuh 2,5 juta ton kedelai, sebanyak 1,7 juta ton masih dipasok dari kedelai impor sisanya dari petani lokal.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan menjelaskan perlu kerja keras agar Indonesia tidak terlalu tergantung dengan kedelai impor. Perlu adanya inovasi terhadap produk kedelai agar tumbuh baik di iklim tropis karena kedelai merupakan produk tanaman di iklim sub tropis, sedangkan Indonesia negara tropis.
"Memang yang paling baik kita bisa berjaya khususnya bisa produksi sendiri. Kedelai kan cocoknya sub tropis (iklim), bukan dalam musim kemarau kayak gini jadi kuncinya memang inovasi," ucap Rusman usai pembukaan acara Expo Nasional Inovasi Perkebunan (ENIP) 2013 di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (30/8/2013).
Disebutkan Rusman, Indonesia saat ini hanya mampu memproduksi hingga 800.000 ton kedelai per tahun. Sisanya atau sebanyak 1,7 juta ton harus didatangkan dari luar negeri seperti AS.
Pada kesempatan itu, Rusman mengaku persoalan kedelai kini berbeda dengan tahun lalu. Tahun ini lebih dipengaruhi faktor kenaikan kurs sehingga membuat harga kedelai melambung bukan karena suplai dunia seperti yang terjadi Juli 2012.
"Gejolak harga kedelai yang sekarang itu berbeda dengan setahun lalu. Kalau dulu faktornya supply yang berkurang, impornya yang berkurang, harganya yang mahal karena supply di AS berkurang karena kemarau panjang. Sekarang supply nggak ada masalah tapi karena dolar menguat, tiba-tiba harga kedelai juga naik. Tapi kita kan nggak salah apa-apa tapi harganya naik," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar