"Keromantisanmu masih kalah dengan romantisme rayuan para caleg"
Mungkin kata-kata tersebut mampu
mewakili apa yang terjadi pada masa kampanye kemarin. Kampanye yang
digemakan oleh para elit parpol yang mencalonkan diri dalam bursa calon
legislatif. Ribuan janji-janji manis dengan mudah terucap dari lidah
yang memang sejatinya tak bertulang. Berbagai senyum palsu menjadi
tampilan baru di setiap sudut yang kini hanya menghasilkan sampah visual. Peperangan ideologi, figur hingga pencitraan pun saling sikut-menyikut ambil bagian. Alhasil politik Machiavelis pun dilakukan.
Tak terkecuali di lingkungan kampus.
Yap... benar.. "lingkungan kampus". Lingkungan kampus yang seharusnya
bersih dari hegemoni partai dan kampanye beserta embel-embelnya,
nyatanya masih ada praktek-praktek terselubung, bergerak di bawah dan
tidak terlihat. "Kampanye terselubung" itu pun bukan dilakukan oleh
orang luar yang berasal dari elit partai. Namun siapa sangka, kampanye tersebut dilakukan oleh mahasiswa dalam kampus itu sendiri.
Dalam UU No 8 Tahun 2012, pasal 86 telah
jelas dan gamblang tertera larangan berkampanye menggunakan fasilitas
pemerintah, tempat ibadah dan tempat pendidikan. Kampus disini sebagai
tempat pendidikan yang semestinya bebas dari praktik-praktik kotor
kampanye, ternyata dinodai oleh mahasiswanya sendiri. Mahasiswa
yang seharusnya memiliki pengetahuan yang lebih terhadap peraturan dan
ideologi dibandingkan orang awam, dengan mudah mengadaikannya tanpa dasar yang jelas atau hanya sekedar ikut-ikutan.
"Kampanye Terselubung" membidik
mahasiswa-mahasiswa yang potensial untuk dihasut dan diindokterinasi.
Entah mahasiswa biasa ataupun aktivis . Belum lagi tentang mahasiswa yang notabene adalah mahasiswa perantauan. Ini
merupakan ladang yang subur untuk dijadikan lahan kampanye terselubung.
Berangkat dengan alasan untuk menekan golput, para mahasiswa perantauan
dimobilisasi untuk melakukan mutasi agar dapat menggunakan hak
pilihnya. Setelah hal tersebut tercapai, praktik 'kampanye terselubung'
pun dilakukan, baik itu melakukan pendekatan temu langsung(face to face), atau pun melalui media elektronik(sms,
chat dll). Mahasiswa perantauan yang notabene minim akan informasi akan
caleg dan parpol di daerah pilihan kampusnya berada, dapat dengan mudah
terdokterinasi untuk memilih salah satu parpol ataupun caleg yang
diusung oleh "kampanye terselubung".
Targetnya cuma satu, yakni menambah pundi-pundi suara parpol dalam gelaran akbar 9 April mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar