Pages

Black Campaign

Senin, 07 April 2014
"Keromantisanmu masih kalah dengan romantisme rayuan para caleg"
Mungkin kata-kata tersebut mampu mewakili apa yang terjadi pada masa kampanye kemarin. Kampanye yang digemakan oleh para elit parpol yang mencalonkan diri dalam bursa calon legislatif. Ribuan janji-janji manis dengan mudah terucap dari lidah yang memang sejatinya tak bertulang.  Berbagai senyum palsu menjadi tampilan baru di setiap sudut yang kini hanya menghasilkan sampah visual. Peperangan ideologi, figur hingga pencitraan pun saling sikut-menyikut ambil bagian. Alhasil politik Machiavelis pun dilakukan.
Tak terkecuali di lingkungan kampus. Yap... benar.. "lingkungan kampus". Lingkungan kampus yang seharusnya bersih dari hegemoni partai dan kampanye beserta embel-embelnya, nyatanya masih ada praktek-praktek terselubung, bergerak di bawah dan tidak terlihat. "Kampanye terselubung" itu pun bukan dilakukan oleh orang luar yang berasal dari elit partai. Namun siapa sangka, kampanye tersebut dilakukan oleh mahasiswa dalam kampus itu sendiri. 
Dalam UU No 8 Tahun 2012, pasal 86 telah jelas dan gamblang tertera larangan berkampanye menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah dan tempat pendidikan. Kampus disini sebagai tempat pendidikan yang semestinya bebas dari praktik-praktik kotor kampanye, ternyata dinodai oleh mahasiswanya sendiri. Mahasiswa yang seharusnya memiliki pengetahuan yang lebih terhadap peraturan dan ideologi dibandingkan orang awam, dengan mudah mengadaikannya tanpa dasar yang jelas atau hanya sekedar ikut-ikutan. 
"Kampanye Terselubung" membidik mahasiswa-mahasiswa yang potensial untuk dihasut dan diindokterinasi. Entah mahasiswa biasa ataupun aktivis . Belum lagi tentang mahasiswa yang notabene adalah mahasiswa perantauan. Ini merupakan ladang yang subur untuk dijadikan lahan kampanye terselubung. Berangkat dengan alasan untuk menekan golput, para mahasiswa perantauan dimobilisasi untuk melakukan mutasi agar dapat menggunakan hak pilihnya. Setelah hal tersebut tercapai, praktik 'kampanye terselubung' pun dilakukan, baik itu melakukan pendekatan temu langsung(face to face), atau pun melalui media elektronik(sms, chat dll). Mahasiswa perantauan yang notabene minim akan informasi akan caleg dan parpol di daerah pilihan kampusnya berada, dapat dengan mudah terdokterinasi untuk memilih salah satu parpol ataupun  caleg  yang diusung oleh "kampanye terselubung".
Targetnya cuma satu, yakni menambah pundi-pundi suara parpol dalam gelaran akbar 9 April mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar