Pages

Ditelusuri, Jejak Perkampungan Kuno di Maluku Tenggara Barat

Kamis, 06 Maret 2014

AMBON, KOMPAS.com — Balai Arkeologi Maluku berencana akan meneliti jejak perkampungan kuno di Pulau Tanimbar, Maluku Tenggara Barat (MTB), Maluku. Hal ini dilakukan untuk menggali dan mengetahui sisa peninggalan budaya masa lampau di Maluku.

"Rencananya kita akan mulai melakukan penelitian perkampungan kuno di Tanimbar pada tanggal 11 pekan depan," kata arkeolog dari Balai Arkeologi Maluku, Marlon Ririmasse, Rabu (5/3/2014).

Menurut Marlon, wilayah Tanimbar dipilih sebagai lokus penelitian karena merupakan wilayah jalur migrasi manusia dari Asia ke Australia pada masa lampau. Selain itu, Tanimbar juga sudah sangat dikenal dengan peninggalan budaya yang sangat kompleks.

Selain itu, wilayah Tanimbar juga ternyata menyimpan sejumlah bukti arkeologi yang sangat banyak yang hingga kini belum diteliti oleh banyak orang.

"Kita sudah meneliti perkampungan kuno ini sejak empat tahun silam. Pada tahun 2011 dan 2012, kita meneliti di Yamdena, 2013 di Selaru, dan untuk tahun ini kita sepakat untuk meneliti di Tanimbar," ungkap Marlon.

Menurut Marlon, karakteristik perkampungan kuno di Tanimbar umumnya sama seperti kebanyakan perkampungan kuno yang ada di sejumlah wilayah di Maluku Tenggara dan Maluku Tengah.

Umumnya perkampungan kuno tersebut berada di dataran tinggi serta akses menuju perkampungan tersebut tergolong sulit.

"Selain itu, ciri pada perkampungan kuno biasanya juga dipagari dengan tembok dari batu. Itu dimaksudkan untuk melindungi perkampungan dari musuh, tapi memang banyak tembok di perkampungan kuno yang runtuh dan hanya ada beberapa tembok saja di wilayah Pulau Kei yang masih berdiri," ujarnya.

Perkampungan kuno di sejumlah wilayah di Maluku Tenggara biasanya juga ditandai dengan adanya monumen perahu batu atau biasa disebut natar. Dalam konsep tata ruang masyarakat Tanimbar, natar menjadi pusat komunal masyarakat kuno Tanimbar, dan umumnya dibangun di tengah-tengah permukiman warga.

"Natar merupakan simbol representatif dari simbol-simbol religius masyarakat tradisional di Tanimbar, dan di kampung-kampung lainnya juga memiliki natar masing-masing," kata Marlon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar